Ups and downs of a boy with a bicycle, and with frills knowledge and whatever it.
Showing posts with label Sosial. Show all posts
Showing posts with label Sosial. Show all posts

Saturday, February 12, 2011

Resign

Source
Haha, mungkin sudah agak terlambat untuk menyampaikannya, tapi ini adalah tentang saya, hehe... saya yang mengundurkan diri dari pekerjaan saya di sebuah perusahaan milik Jepang [padahal nyari kerja itu susah]. Mungkin dari teman-teman ada yang akan membutuhkan referensi tentang ini. Let's check it out...

Sunday, January 9, 2011

Penyewaan Sepeda di Washington DC

Salam sobat Sepeda Hijau... Apa kabar? Semoga baik-baik saja ya? Sudah lama tidak posting karena sibuk dengan pekerjaan, hehe... Tapi kali ini saya menyempatkan untuk posting selagi masih ingat, sebab baru tadi pagi saya menonton salah satu acara kesukaan saya, Dunia Kita. Baiklah, ini dia...
Source
Ratusan pangkalan sepeda bertebaran di ibukota Amerika Serikat, Washington DC, mendorong warga kota ini untuk hidup lebih sehat dan ramah lingkungan. Sepeda merah yang ditawarkan Capital Bikeshare yang lazim digunakan sebagai sarana transportasi dan rekreasi ini terus meningkatkan jumlah pelanggan karena biaya murah, tersedia di berbagai lokasi dan sistem penyewaan yang mudah. - Dunia Kita Ep. Tahun Baru 30 Desember 2010

Wednesday, October 13, 2010

BM [Bebas Membayar]

Sumber
Salam sobat sepeda hijau... Beberapa waktu lalu dalam perjalanan saya, saya melihat kejadian seperti ini [lihat foto]. Adakah di antara sobat-sobat sekalian yang pernah melihatnya juga? Atau bahkan mengalaminya? Hya, terlihat lucu bukan? Beberapa anak dengan polosnya menumpang mobil pick up, atau di tempat saya tinggal lebih akrab disebut “mobil bak", yang tidak dikenal siapa pengemudinya demi pulang ke rumah yang jaraknya mungkin agak jauh dari sekolah dengan seru, menyenangkan, tidak lelah [menghemat tenaga], cepat [menghemat waktu] dan gratis [menghemat uang]:D, atau mungkin hanya untuk kesenangan dan sensasi semata.

Tuesday, September 28, 2010

Tinggalkan Proses

27 September 2010 malam, ketika saya hendak sholat isya' di masjid depan rumah, ada kupu-kupu berwarna coklat yang lebar kedua sayapnya selebar dua telapak tangan saya [beneran lho, saya sempet ngukur] hinggap di kusen pintu masjid [sayang ga ada kamera buat dokumentasi :'(, dan gambar di samping adalah hasil gugling :D].

Setelah saya cari referensi di internyet [eh salah, harusnya internet XD], ternyata kupu-kupu besar yang saya lihat itu adalah seekor ngengat, mungkin itu adalah ngengat atlas atau attacus atlas [karena memang benar-benar mirip] yang notabene merupakan ngengat terbesar di dunia, wow. O.O


Wednesday, August 11, 2010

Cool Bad Guys

Jangan tertipu penampilan…!!!
Berikut ada dua karakter anime yang masuk golongan musuh. Keliatane dari tampilan kaya’ orang baek, selalu senyum, tapi di balik itu ternyata mereka adalah musuh. Keliatane lemah, tapi ternyata kalo bertarung punya kekuatan sangar pokok’e.
Aku suka dua karakter musuh ini, soale di balik senyum, ternyata pya sisi laen yang tergolong jahat.Pertama, Ichimaru Gin salah satu karakter di anime Bleach. Dia adalah kapten 3rd division di Soul Society. Dari mukanya, dia selalu senyum lebar, kaya’ rubah dah wajahnya. Oleh karena itu dia punya nickname foxface. Di balik senyum lebarnya, ternyata dia adalah traitor aka pengkhianat. Keliatane kaya’ gak punya emosi, tapi kalo lagi marah kekuatannya sangar dan menampilkan wajah yang lumayan serem, emang asyik jadi orang jahat. (~.^)v
Ketika tersenyum
Ketika serius ato marah




Saturday, July 18, 2009

Manfaat Ngomong Lewat Menulis

Maaf saya baru mempost artikel lagi. Ya... karena alasan yang kemarin juga.
Ketika perpustakaan sekolah saya membeli buku, saya melihat sebuah buku yang lumayan menarik bagi saya dengan judul “Menulis Itu Ibarat Ngomong” karya Septiawan Santana, buku itu terbit pada tahun 2007 oleh Kawan Pustaka di Jakarta. Mungkin, inilah salah satu alasan saya membangun blog. Ini dia isinya.
Dengan Menulis Kita Beruntung
Sabarti dkk. (1991) merincikan berbagai keuntungan yang hendak dicari orang dalam menulis.
Dengan menulis, kita mengenali kemempuan dan potensi diri. Kita menjadi tahu sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik tersebut kita terpaksa berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alam bawah sadar.
Dengan menulis, kita mengembangkan berbagai gagawan. Kita coba menghubung-hubungkan atau membanding-bandingkan berbagai fkta secara sistematis dan logis – yang jarang dilakukan bila kita tidak menulis.
Dengan menulis, kita menyerap, mencari, dan menguasai informasi tentang topik yang hendak ditulis. Kegiatan menulis membawa seseorang untuk memperluas wawasan, memahami wacana teoritis, atau mengenai fakta-fakta dari sebuah (berbagai) peristiwa yang baisanya dilewatkan begitu saja.
Dengan menulis, kita mengorganisasikan gagasan secara sistematis. Ketika bercakap-cakap, kita kerap terjebak dengan upaya menjadi orang yang santun, tanpa lebihh jeli menalar, barbagai gagasan yang disampaikan orang, atau kita lontarkan. Percakapan kadang hanya membawa nafsu mencari “menang” dalam suasana debat kusir – yang panas atau (pura-pura “adem”. Percakapan juga kerap hanya berisi upaya mencari kesepakatan, tanpa kejelasan sistematik penalarannya, agar kita tidak disebut pemberang. Dengan menulis, semua itu diantaranya dapat dijauhi, atau sekurangnya tidak diikuti. Kita bhkan jadi dapat memahami dan menjelaskan sesuatu yang masih samar sebelumnya.
Dengan menulis, kita dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. Saat menulis, kita dapat mengontrol segala pikiran dan gagasan, atau contekan sekalipun, yang telah dikeluarkan dikertas atau di layar komputer atau perkakas tulis lain. Setelah menilai ulang, milimal, kita dapat berseloroh dengan diri sendiri yang tidak, misalnya, sepersis fakta atau kejadian atau kenyataannya.
Dengan menulis, kita membiasakan diri untuk asyik menulsikan permasalahan secara tersurat, dan meluangakan kemudahan untuk memecahkan persoalan. Segala suratan tulis kita, biasanya, telah berupaya mengerangka persoalan (yang demikian ruwet atau demikian sederhana) menjadi seterang cahaya bulan purnama. Segala lekak-lekuk persoalan diuraikan. Dalam mengobrol, hal itu kerap terlewat, tanpa pengecekan ulang. Dalam menulis, semua hal itu berkemungkian besar dapat ditelusuri dimana hal, faktor, unsur, atau penyebeb duduk persoalan sebenarnya. Semuanya menjadi jelas, konkret, dan tinggal mencari jawabannya.
Dengan menlis, kita terdorong untuk belajar secara aktif. Menulis biasanya akan menelusuri permasalahan yang harus diformat, kemudian dicari berbagai permasalahannya, berikut pemecahannya. Ini mengharuskan kita mencari pemahaman melalui bacaan (dari yang berat sampai yang ringan), mendiskusikannya dengan orang-orang yang dianggap pantas, dan akhirnya menuangkannya dengan keaktifan seseorang yang igin tahu banyak tentang sebuah soal. Ada disiplin untuk memahami sebuah soal.
Dengan menulis, yang dilakukan secara terencana akan membaisakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap tulisan harus disusun sedemikian rupa. Ide utama dan berbagai penjelasannya harus ditulis dengan jelas, dan mudah dipahami. Maka, tiap tulisan yang baik memiliki berberapa unsur yang harus dipenuhi. Unsur-unsur itu diantaranya ialah “pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang jelas” (Morsey, 1976: 132; dalam Tarigan).

Dengan Menulis Kita Tidak Gagu
Kegiatan menulis mengakibatkan seseorang menjadi paham bagaimana berbahasa yang baik dan benar itu. Tidak lagi, misalnya berbahasa Indonesi yang sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan) itu jadi sepersis barang terlarang, yang jauh panggang dari api, yang paham betul bahwa itu barang penting yang mesti dikuasai , tetapi begitu jauh letaknya dari kita punya kebiasaan berbahasa. Melalui menulis, kita mengembangkan kemampuan berbahasa dilakukan dengan beberapa cara.
Dalam menulis, kita jadi berupaya untuk mengusai / mengembangkan kosakata sebanyak-banyaknya.kosakata merupakan buah pemikiran sebuah masyarakat. Ia, secara bergilir, tumbuh berkembang menjadi saluran manusia terkomunikasi. Penguasaan kosakata amat penting sehingga akan menjasi alat, sekaligus kemampuan seseorang, untuk berkomunikasi secra enak san perlu. Semakin banyak seseorang menguasai kosakata, semakin terampil ia menyampaikan segala aspirasi perasaannya. Untuk itulah, ia harus banyak mengumpulkan kosakata di dalam kesadaran berkomunikasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak membaca, menggunakan kamus umum, menggunakan kamus sinonim, menggunakan kamus istilah, atau menggunakan permainan kata.
Dalam menulis, kita juga jadi terbiasa untuk mengembangkan penguasaan kaidah berbahasa. Kaidah berbahasa menjadi penting ketika seseorang hendak meluruskan pemikirannya, dan menyampaikannya. Seseorang akan menjadi gagu atau gagap, bila ia tidak memahami kaidah tata berbahasa. Ia akan kebingungan saat menyatakan, “lapar”, “marah”, atau gagasannya yang ia dapati dari membaca buku. Lewat kaidah, seseorang mendapatkan dirinya menjadi begitu santai, matap, dan tidak amburadul, di dalam berhubungan dengan orang lain. Kaidah berbahasa mengajarkannya untuk mengenal apa yang ingin disampaikan, apa kata kerja yang dapat menjelaskankejadiannya, dan apa tujuan dari apa yang hendak disampaikannya. Selain itu, seseorangpun menjadi paham betul, bagaimana menyampaikan berbagai keterangan atau rincian penting, yang perlu diketahi orang lain. Kemampuan itu dapat dipahami dengan cara mempelajari buku-buku tata bahasa, berlatih membentuk kata, berlatih membentuk frasa dan mengubahnya, berlatih menggunakan struktur kalimat dan mengembangkannya.
Dalam menulis, kita jadi berlatih untuk mengembangkan pengetahuan, dan menemukan gaya penyampaian yang paling cocok ketika mengeluarkan pikiran. Ini meripakan kemampuan lanjutan dari kemempuan berbahasa yang dimiki. Melali pengetahuan yang terus berakumulasi pada pencapaian kapasitas berbahasa yang baik, seseorang akan berhasil menemukan gaya penuturan dan penulisan yang dikenal orang lain. Gaya penyampaian ini menjadi sesuatu yang khas, dan dikenali sebagai seseuatu yang orisinal. Ia menjadi seseorang yang bahkan tahu persis dimana saat ia menekankan apa yang ingin disampaikannya, dan kapan waktu ia menghentikan uraianny. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pemahaman makna khusus dan makna umum, memahami perbandingkan nilai dan rasa, memahami makna kiasan dan makna-makna lugas, memahami perbandingan konfensional, memahami kata bersinonim dan berantonim, memahami makna kontekstual dan konseptual.
Dalam menuli, kita terus-menerus berupaya meningkatkan penalaran logika. Pnalaran menjadi akhir dari sebuah kemmpuan berbahasa. Melalui penalaran ini, seseorang memberikan pemaknaan tertentu pada tiap masalah yang hendak dikupasnya. Bayangkanlah bila seseorang hendak membeli barang, tetapi tidak mampu memikirkan apa saja yang harus dipilih dari sekian banyak barang yang mesti dibeli. Bagaimanakah jenis barang yang mesti dia pilih, bila ada banyak barang sejenis. Kemudian, apa dan bagaimana cara ia menjelaskan kepada pedagang yang dihadapinya saat menentuka barang yang mesti dipilih dan dibelinya. Dengan kemampuan yang terus-menerus diasah, ia akan terampil menjelaskan, menentukan dan memilih apa-apa yang haru dikemukakan. Dan terlebih penting, orang yang tengah menanti penjelasannya dapat menerima segala apa yang diutarakannya. Ia dinilai logis, tepat dan relean dalam mengeluarkan pesannya.

Saturday, May 30, 2009

Metode Mengajar

Hai sahabat sepeda hijau, kali ini saya memposting sebuah artikel tentang… ehem… pendidikan. Sudah lama sebenarnya saya ingin mem-post artikel ini, tapi berhubung saya sempat terlupa dan banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan, jadi saya baru mem-postnya sekarang.

Apakah teman pernah bertemu dengan guru yang baik?, atau guru yang begitu “baik” sehingga tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang pernah beliau berikan kepada teman-teman sekalian tidak pernah diperiksa atau dikoreksinya?, atau mungkin guru yang teman anggap paling killer sejagad pendidikan?, atau guru ter-killer yang membuat teman sepeda hijau mengerti pelajaran yang dibawanya dan membuat teman mendapat peringkat kelas?, dan lain sebagainya. Teman-teman mungkin mengeluh: “Mengapa saya harus bertemu dengan guru seperti itu?”, sehingga timbul pertanyaan, mengapa mereka berlaku demikian?

Ya, mungkin sama pikiran saya dengan apa yang sahabat sepeda hijau pikirkan. Semua itu disebabkan atas berbagai faktor seperti:
Setiap orang memiliki karakter masing-masing yang diakibatkan dari lingkungan dan pengalamannya.
1.   Kecocokan antara karakter yang berbeda dari guru dan murid. Ada beberapa anak yang dapat mengerti pelajaran yang diberikang guru yang nota benenya galak, dan ada juga yang tidak mengerti terhadap pelajaran yang dibawakan guru yang tidak galak, misalnya.
2
.   Materi pelajaran yang kurang cocok bagi murid maupun guru.
3
.   Suasana hati yang sedang dirasakan oleh murid maupun guru.
4
.   Keadaan lingkungan. Ruangan yang kotor, sedang hujan, sedang terjadi peperangan diluar kelas atau sebaliknya.
5
.   Dan lain sebagainya yang mungkin belum terpikir oleh saya.
Namun, belum terlalu lama seorang guru membicarakan masalah ini. Masalah tentang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Beliau mengatakan, baik-buruknya seorang guru dalam mengajar itu tergantung dari cara guru itu “mengemas”.

Layaknya sebuah kado berisi kalung emas bertabur permata yang kemungkinan besar akan dibuka terakhir atau bahkan dibuang sebelum dibuka karena kertas pembungkusnya hanyalah kertas koran yang lusuh. Bak lagu reage merdu yang tidak ingin didengar ketika pertama kali melihat penyanyinya yang berambut gimbal tak beraturan seperti tak pernah mengurus diri. Seperti sayur asam yang akan dibuang di belakang rumah karena airnya yang terlihat keruh sebab segala macam bagian tanaman mulai dari akar hingga daun yang masih hijau maupun daun kering dimasukkan kedalamnya. KBM juga tergantung pada pengemasan. Pengemasan disini adalah cara seorang guru menyampaikan atau mentransfer ilmunya kepada anak didiknya. Demikian beliau menjelaskannya sambil menuliskan angka-angka dan elemen-elemen yang kemudian saya kostruksi hingga menjadi seperti ini.

Jadi, teori, contoh, latihan, pekerjaan rumah dan evaluasi yang diberikan guru baik dari buku pelajaran maupun dari guru itu sendiri, tidak akan sempurna jika pengemasannya tidak menarik (bagi siswa), setidaknya serupa itulah perkataan beliau. Selain itu, ada lagi seorang guru yang mengatakan bahwa guru yang dalam pengemasannya kurang atau tidak menarik biasanya adalah orang murni (seharusnya bekerja di bidangnya, di laboratorium misalnya) sepintar apapun beliau karena tidak dibekali ilmu untuk mngehadapi anak didik yang bermacam-macam sifatnya. Sebaliknya, bagi guru yang dalam pengemasannya menarik biasanya adalah orang pendidikan, mereka memang dipersiapkan untuk menghadapi dan memberi ilmu kepada anak didik yang bermacam-macam karakternya. “Nah, berarti mereka (yang pengemasannya kurang menarik) itu adalah orang-orang yang ‘tidak berpendidikan’ sedangkan saya ‘berpendidikan’, hahaha…” guraunya.

Begitulah… mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan di hati teman-teman, khususnya bagi orang-orang murni (sesungguhnya kami membutuhkan kalian). Untuk kritik dan saran silahkan klik link comment di bawah posting ini. Terima kasih.


Friday, April 10, 2009

Kelpshake

Bagi teman-teman yang suka nonton Sponge Bob Square Pants mungkin tahu apa itu Kelpshake atau mungkin sudah menduga-duga isi dari posting saya kali ini. Biklah, untuk temen-temen yang belum tahu apa itu “Kelpshake”, saya akan beri tahu. Kelpshake adalah sebuah minuman berwarna hijau terang dengan kemasan menyerupai angka delapan. Setelah begitu digemari dan diminum oleh banyak orang (karena memang menimbulkan kecanduan), Kelpshake baru diketahui terbuat dari bahan berbahaya sehingga menimbulkan penyakit, yaitu tumbuhnya rambut diseluruh permukaan kulit si peminumnya.

Sebelum diketahu demikian, kios Kelpshake begitu sukses dan maju pesat. Setiap orang membelinya sehingga kiosnya dapat berkembang dimana-mana bahkan di setiap pertigaan dan perempatan. Tuan Crab, pemilik usaha restoran Krusty Krab, merasa bisnisnya tersaingi hingga pendapatannya merosot karena mereka, pelanggan, lebih memilih Kelpshake ketimbang minuman minuman atau makanannya dari restorannya. Sementara Plankton, pemilik usaha restoran Chum Bucket sekaligus rival Tuan Crab, merasa lebih rugi karena belum selesai urusannya dengan Krusty Krab yang hanya satu, sudah muncul lagi Kelpshake yang begitu sukses dan bejumlah banyak.

Baiklah, mungkin cukup soal Klepshake, sekarang kita beralih ke dunia nyata dan bukan kartun. Hal ini ternyata terjadi juga di negeri kita. Seperti yang dikemukakan oleh seorang bapak pada suatu acara on air di salah satu stasiun televisi, “Pak tolong Indomaret dan Alfamart jangan masuk ke desa-desa”, pinta beliau kepada Mentri UKM (Usaha Kecil dan Menengah) ketika itu.Yah, mungkin bagi mereka, permintaan itu sangatlah berarti karena menyangkut usaha yang mereka jalani dalam rangka mempertahankan hidup. Saya hanya bisa berdo’a agar semua bejalan dengan baik tanpa merugikan pihak-pihak tertentu.


Saturday, March 21, 2009

Perbaikan Jalan

Sudah sekitar dua bulan, atau mungkin lebih, jalan raya di desa kami diperbaiki dengan cara di-cor. Kata bapak saya, dicor akan lebih kuat, karena adukan semen itu akan lebih meyerap air ketika hujan , dan ketika panas air akan mudah menguap dan semen akan lebih matang (keras). Sedangkan aspal lebih rapuh dan cepat rusak oleh perubahan cuaca. Saya tidak mengetahui dari mana pengecoran ini, tetapi saya sempat dengar bahwa ini merupakan program PNPM mandiri, katanya... Selain itu, perbaikan jalan ini belum selesai hingga tulisan ini dibuat.

Dalam proses pengerjaannya hingga sekarang, perbaikan ini menimbulkan kemacetan. Tentunya ini mempersulit para pengguna jalan, ditambah lagi cuaca yang kurang bersahabat, alias hujan dan panas (lebih banyak hujannya). Mereka, pengguna jalan, rela melalui gang-gang sempit demi waktu perjalanan yang lebih singkat. Gang yang pada awalnya hanya sedikit kendaraan bermotor (kendaraan warga setempat), kini sesak dengan motor bahkan mobil yang meningkatkan potensi kecelakaan sesama pengendara–saat itu teman saya akan pulang ke rumahnya dari mengambil tugas di rumah saya, ia melewati jalan alternatif itu dan terpeleset karena desakan kendaraan lain hingga ia kembali kerumah saya untuk meminta pertolongan dengan celana berlumuran lumpur– atau terhadap warga setempat, karena tidak sedikit anak-anak warga sekitar yang bermain di jalan.

Sekarang, sumber air sudekat (lho... salah), setelah perbaikan jalan mencapai 90%, saya kira ini akan lebih banyak membantu, ternyata tidak. Dengan jalan yang rata dan bagus, pengendara akan lebih memacu kendaraannya lebih cepat. Mereka, programer perbaikan jalan, tidak membangun trotoar sehingga para pejalankaki berjalan diatas jalan raya, karena trotoar sudah rusak (mungkis bisa dibilang hancur) dan sistem saluran air yang buruk sehingga trotoar pun becek bila hujan. Pembangunan jalan yang lebih tinggi dari trotoar (yang rusak) meningkatkan potensi pengendara kebablasan ke luar jalan.

Ya, saya merasakan semua itu. Ketika saya mengendarai sepeda saya takut jika nanti menabrak pejalan kaki atau tertabrak pengendara lain ketika saya menghindari pejalan kaki yang bercanda di jalan. Saat saya mencoba menjadi pejalan kaki, saya cenderung berjalan di jalan raya karena alasan yang telah dikemukakan tadi (dan alasan lain secara personal), ini membuat saya takut jika nanti tertabrak kedaraan itu. Begitulah menurut saya, keuntungan yang diperoleh tidak sepadan dengan esiko yang tidak dapat di tolak.

Pinta saya, tolong bagun jalan yang memiliki trotoar yang cukup lebar bagi para pejalan kaki, jalan khusus untuk para pengendara sepeda, dan tempat-tempat khusus bagi para pedagang kaki lima yang kerap memenuhi trotoar, sehingga tidak ada jalan bagi pejalan kaki.

Foto : Uzan
Gadget : Noer


World Intellectual Property Organization

"Sebenarnya dunia maya juga terikat aturan hukum. karya tulisan, gambar atau film dilindungi oleh World Intellectual Property Organization sebagai hak kekayaan intelektual. Sama seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, perlindungan WIPO tidak dibatasi wilayah geografis," jelas Ketua Umum Penyedia Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Nah, meskipun dunia maya memberi kebebasan seluas-luasnya, ternyata tetap ada etika dan aturan yang tidak bisa diabaikan.


Kompas, Minggu, 23 November\2008 - Kehidupan

Kenapa Pacaran dengan Orang Cupu bisa Mengasyikkan?

  1. Walaupun pemalu dan kikuk, mereka tidak pernah bermaksud mempermainkanmu.
  2. Orang cupu yang jago komputer pasti bisa membantu kamu membersihkan komputer dari serangan virus yang paling menjengkelkan, memasang pemutar DVD, mengaktifkan GPRS HP, dan sebagainya.
  3. Mereka tidak merepotkan. Diajak kencan sederhana pasti mau. Tidak perlu ke restoran mahal.
  4. Mereka rata-rata pintar dan berpendidikan tinggi.
  5. Mereka kebanyakan bukan pacar orang lain.
  6. Orang tua kamu senang kamu pacaran dengan mereka.








Kawanku

Tuesday, March 10, 2009

Ancaman Punahnya Bahasa Dunia

Teori evolusi tentang seleksi alam, tampaknya lebih berlaku pada bahasa. Sejumlah bahasa ibu atau behasa daerah di banyak Negara, mulai punah seiring meninggalnya para penutur bahasa itu.

Marie Smith Jones merupakan salahsatu contohnya. Jones (89 tahun), wanita berdarah Indian yang meninggal pada 21 Januari 2008 ini merupakan penutur terakhir bahasa Eyak, bahasa suku yang mendiami wilayah selatan Alaska, Negara bagian amerika Serikat.

Sepeninggal Jones, bahasa Eyak tak lagi dituturkan, meskipun Universitas Alaska telah menyusun kamus bahasa Eyak. Jauh sebelum Jones, Bahasa Manx di Isle of Man, Inggris, lenyap pada 1974 setelah Ned Maddrell, penutur terakhir bahasa itu meninggal.

Lenyapnya bahasa-bahasa dunia, tak hanya dialami Eyak dan Manx. Bahasa Ubykh di turki menghilang karena penutur terakhir bahasa itu, Tevfik Esenc, meninggal pada 1992. Di Perancis, 13 bahasa telah masuk dalam kategori terancam.

Yang terparah di Afrika. Hampir du pertiga bahasa di dunia, digunakan di kawasan sub-Sahara Afrika. Dan 10 persen diantaranya diperkirakan punah satu abad mendatang.

Saat Hari Bahasa Ibu Internasional, 21 Februari 2009, Organisasi PBB di Bidang Pendidikan, Sains, dan Budaya (UNESCO) merilis, sekitar 2.500 bahsa di dunia, termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia, kini terancam punah.

UNESCO menyebutkan, jumlah bahasa yang dipakai di Indonesia, India, AS, Brasil, dan Meksiko–Negara yang banyak memiliki kekayaan ragam bahasa–mengalami ancaman kepunahan yang cukup besar.

Atlas teranyar UNESCO tentang “Bahasa-bahsa dalam Bahaya” mengklasifikasikan lima tingkatan keterancaman bahasa: level tidak aman, terancam, sangat teranca, kritis, hingga benar-benar telah punah.

Atlas yang disusun oleh 30 ahli bahasa itu mengungkapkan, sebanyak 200 bahsa telah punah dalam tiga generasi terakhir. Sebanyak 538 bahsa masuk level kritis (hamper punah), 502 sangat terancam, 632 terancam, dan 607 tidak aman. Saat ini di dunia tersisa sekitar 6.700 bahasa.

Sebanyak 200 bahasa kini hanya memiliki penutur kurang dari 10 orang, 178 lainnya hanya 10-50 penutur. Kepunahan bahasa di setiap kawasan pun dimulai. Meski, tidak semua Negara memiliki tingkat keterancaman yang sama.

Seperti halnya Papua Nugini. Negara yang memiliki keragaman bahasa terbesar di planet ini–lebih dari 800 bahasa dijadikan alat bertutur–hanya 88bahasa yang dalam bahaya. Hal yang juga menggembirakan adalah bahasa Cornish di Inggris dan Sishe di Kaledonia Baru. Bahasa yang terancam punah itu kini sedang direvitaliasi dan berpotensi hidup kembali.

Kebijakan sejumlah Negara untuk memperbanyak penutur bahasa pribumi diharapkan UNESCO dapat mengurangi lenyapnya alat pengantar budaya dan pengetahuan itu dari bumi.
Seperti, bahasa Aymara dan Quechua di Peru, Maori di Selandia Baru, Guarani di Paraguay, dan bahasa-bahsa pribumi lain di Kanada, AS, dan Meksiko.

Namun, tren punahnya bahsa-bahsa di dunia, jelas mengkhawatirkan banyak pihak. “Punahnya suatu bahasa menyebabkan hilangnya berbagai bentuk warisan budaya, khususnya warisan tradisi dan ekspresi berbicara masyarakat penuturnya. Mulai dari sajak-sajak dan cerita hingga peribahasa dan lelucon-lelucon,” kata Direktur UNESCO, Koichiro Matsuura, di laman UNESCO.

Punahnya bahasa-bahasa itu, lanjutnya, juga telah merebut keanekaragaman manusia, yang telah menyebarkan banyak pengetahuan tentang alam dan semesta. Bahkan, mantan presiden Perancis, Jacques Chirac, pernah menyatakan ancaman kepunahan bahasa di sunia itu sebagai a major risk of humanity, musibah besar bagi kemanusiaan.


Di Indonesia
Bagaimana dengan di Tanah Air? Dari 746 bahasa daerah, 169 diantaranya terancam punah karena jumlah penuturnya kurang dari 500 orang. Dalam catatan Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dendy Sugono, di Papua ada sembilan bahasa yang punah dan Maluku Utara satu bahasa.

Di Papua, rinciannya: bahasa Bapu, Darbe, dan Wares (Kabupaten Sarmi); Taworta dan Waritai (Jayapura); Murkim dan Walak (Jayawijaya); Meoswar (Manokwari); Loegenyem (Rajaampat). Di Maluku Utara yang punah adalah bahasa Ibu.

Adapun yang berpotensi punah di Papua berjumlah 32 bahasa. Ini karena julah penutur bahasa itu antara duasamapi 100 orang. Rincian bahasa yang terancam punah: di Sarmi (10 bahasa), Jayapura (enam), Waropeng (tujuh), Jayawijaya (tiga), Merauke (satu), Paniai (satu), Teluk Wondana (dua), sorong Selatan (satu), dan Fakfak (satu).

Satu bahasa Maluku Utara yang terancam punah adalah bahasa Kau. “Itu baru sebagian di wilayah Indonesia timur, belum di bagian barat dan tengah,” katanya.

Punahnya bahasa daerah, papar Dendy, adalah proses alami. Di antara PENYEBABnya adalah tiadanya penutur akibat bencana alam dan perikahan antaretnis. “Mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam sehari-hari senagai pengantar.”

Pusat Bahasa, ujar Dendy, sudah membakukan 405 ribu istilah dalam 91 ribu kata umum yang merupakan serapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Saat ini, bahsa ibu dengan kategori sedikit–anata 100 hingga 100ribu peutur–memang cenderung punah.

Sejak 1974, ungkapnya, Pusat Bahasa telah meneliti 442 bahsa daerah. Saat ini, lebih ari 300 bahasa daerah diteliti kembalai, seperti di Maluku Utara, Maluku, Irian Jaya Barat, Papua, dan NTT. “Target kami, pada 2014, penelitian dan pemetaan bahsa di Indonesia bisa selesai.”
Agar tidak pelan-pelan lenyap, pengguanaan bahasa daerah haru digiatkan, terutama dikalangan penuturnya. Sebab, punahnya bahsa daerah juga berarti hilangnya sebagian kebuadayaan dan nilai serta kearifan lokal yang terkandung didalamnya. “Anak-anak muda telah meninggalkan bahsa ibunya. Ini memang tak lepas dari pengaruh globalisasi,” katanya.

Pakar lingistik dari Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,Multamia MRT Lauder, berpendapat, pemerintah dan masyarakat penuturnya harus punya kemauan kuat menyelamatkan bahasa daerah.

“Ada baiknya bahsa itu diolah menjadi buku dan mulai diajarkan sebagai materi ajar muatan lokal, sehingga bahasa dan budaya ang terncam punah itu mulai dikenal lagi oleh generasimuda.”



Oleh Nur Hasan Murtaji, Endro Yuwanto
Republika, 5 maret 2009, hlm 1

Monday, March 2, 2009

Orang Jawa Lebih Menghormati Kekuasaan

TERNYATA orang Jawa tidak menyukai perubahan yang ekstrem. Ini dikatakan dosen Fakultas Psikologi UGM, Drs. Dalol Adisubroto. Pandangan di atas, menurut Dalil, tidak lepas dari sikap budaya manusia Jawa yang tidak suka mngkritik atau menyerang orang lain. “Sebab orang Jawa lebih mementingkan keseimbangan atau Harmoni”, kilah Dalil dalam ujia promosi untuk memperoleh derajat doktor di bidang psikologi, kemarin, di Balali Senat UGM. Promovendus itu mengajukan disertasinya, “Orientasi Nilai Orang Jawa Serta Ciri-ciri Kepribadiannya”.

Kekuasaan
Dalil yang lahir di Jawa Tengan 4 Januari 1939 itu dalam disertasinya mengatakan orang Jawa relatif lebih tinggi dalam orientasi nilai teoritis atau nilai ilmu pengetahuan dibanding lima nilai yang lain. “Mereka lebih tinggi dalam orientasi nilai politis. Yakni meghormati kedudukan atau kekuasaan. Mereka juga relatif lebih tinggi dalam orientasi nilai ekonomi. Yakni dengan menghargai waktu dan kemanfaatan praktis dari segala sesuatu” ujar Dalil.
Tetapi, ujarnya, dibalik kelebihan orang Jawa itu, dalam tiga nilai di atas, orang Jawa relatif rendah dalam nilai sosial, religius dan estetik.
Dikatakannya, dalam hal perilaku, Orang jawa relatif hidup teratur rapih, serba terencana termasuk taat pada aturan. Mereka juga relatif tekun bekerja keras dan punya tanggungjawab yang tinggi. “Mau mengakui bersalah kalau memang salah,” ujarnya.
Sikap positif lainnya ialah, orang Jawa relatif suka menolong orang lain yang susah dan memiliki dorongan untuk berprestasi dalam setiap usahanya.
“Di sisi lain, orang Jawa relatif rendah dalam kebutuhan “heterosexuality”. Maksud saya, mereka rendah dalam dorongan untuk bergaul bebas antara pria dengan wanita . mereka juga relatif kurang senang dengan kebebasan yang ekstrem tanpa menghargai orang lain,” kilah anak keluarga petani ini.
Bekas guru Sekolah Rakyat I Karangjati Kroya, Cilacap ini juga menilai orang Jawa tidak senang menyerang atau mengkritik orang lain. Juga tidak senang menonjolkan diri. Dan relatif tidak suka dengan perubahan yang eksrem. Ini tidak lepas dari pandangan hidup orang Jawa yang mementingkan keseimbangan (harmoni). Untuk itu orang Jawa cenderung menolak konflik.

Asal kumpul
Menyinggung tentang kebersamaan, ternyata kini sudah terjadi dalam diri orang Jawa. Anggapan “mangan ora mangan angger kumpul” (makan tidak makan asal kumpul) kini sudah mulai pudar. Yang terjadi justru kebalikannya. “Kumpul ora, kumpul angger mangan” (kumpul tidak kumpul asal makan). Di sini yang berbicara adalah tuntutan praktis, yakni bagaimana orang Jawa mampu mencukupi dirinya. Aspek individu lebih menonjol dari-pada kebersamaan. “Pragmatisme yang makin kuat ini mengancam kebersamaan”, ujar bapak tiga anak ini.
Makin mencarirnya kebersamaan ini sangat mempengaruhi pandangan dan sikap hidup Orang Jawa, di mana segi kebersamaan merupakan komponen penting selain harmoni (keseimbangan) dalam budaya Jawa.
Dengan disertasinya Ia dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan. Bertindak sebagai promotor Prof. Dr. Sumandi Suryabrat, MA Ps. S. Promosi ini mendapat perhatian dari Prof. Dr. HA Mukti Ali dan Kajti DIY HR Djoko Moelyo SH.
“Disertasi ini pasti akan mendapat tanggapan yang keras dari masyarakat Jawa, karena hasil penelitian Dalil agak kontroversial dengan teori lama tenteng masyarakat Jawa,” ujar Dr. Djamaludin Ancok, dosen Fakulatas Psikologi UGM. (MK-Ind.Maks).


Soepono, Srie Saadah dan F.X. Tito Adonis. 1989. Dampak Perkawinan Campuran Terhadap Tatakrama Daerah Studi kasus Pada Komuniti Perkotaan Di Yogyakarta. Jakarta: Depdikbud

Dasar Si Stroberi

Suatu hari –tepatnya tanggal 3 Januari 2009– saya melihat adik saya membeli sebungkus buah stroberi atau sesuatu yang sejenisnya lah. Ia belum pernah memakan strobri sebelumnya. Dan ketika ia makan, ternyata rasanya masam.
Hehe… Saya jadi teringat sesuatu. Ini tentang seseorang, seseorang yang terlihat istimewa di mata kita. Ya, seseorang yang kita idolakan atau bahkan lebih dari itu. Dia terlihat begitu sempurna, namun kesempurnaannya itu menjadi tidak sempurna lagi setelah kita mengetahuinya. Tingkah lakunya, jalan pikirannya, dan berbagai kelebihan yang terlihat sebelum itu, sudah tidak demikian lagi di hadapan kita. Kita seperti membencinya, tak ingin lagi mengetahui dirinya. Begitulah adanya kita, menyesal, marah dan merasa seperti orang yang bodoh. Namun tidak semua mengalaminya, meski sama pada awalnya.
Hmm... Itulah sebuah stroberi, terlihat begitu menyegarkan, cantik, enak, manis dan ketika ketika kita makan, wah... Mantap, berbagai reaksipun timbul dan bercampur karenanya, ada yang senang, tertawa, ada yang kecewa, sedih, ketagihan, tidak tentu, ada yang cari alternatif, komplement, ada yang diam saja, muntah, kapok, marah, ingin balas dendam, geli, merasa hancur, keheranan, merinding, sakit, ada yang dapat mengambil hikmahnya*, ada yang hanya ingin memiliki, serta ada yang berpendapat bahwa ia hanya ingin mengambil kelebihannya saja bahkan setelah itu, ada yang berpikir ingin membuangnya begitu saja**.
Itulah stroberi...
Stroberi...


*) Semoga ini yang lebih kita rasakan.
**) Jika ada yang ingin menambahkan rasa yang lainnya, silahkan beri komentar, klik aja di link comment. Hehehe…

Friday, February 27, 2009

Manisnya Bahasa Indonesia

Bayangkan, kebiasaan Anda ketika berbicara dengan teman yaitu dengan menggunakan bahasa yang nota bene agak kasar, kemudian suatu hari Anda berbicara dengan seseorang yang lebih tua atau sekedar teman yang bahkan usianya hanya tiga tahun lebih tua dari kita. Setelah agak lama berbicara dengannya tiba-tiba kata yang agak kasar itu keluar dari mulut kita. Apa yang terlintas di benak Anda? Mungkin Anda berpikir bahwa diri Anda tidak tahu sopan santun, tidak bisa membawa diri, dan mungkin Anda akan malu serta lekas mengkoreksi salah kata Anda tadi, meskipun lawan bicara Anda menganggap hal itu adalah biasa.

Kami pernah beberapa kali merasakannya, karena kami meliki teman yang usianya tiga tahun lebih tua atau bahkan lebih dari usia kami. Dari situ saya rasakan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sangat sopan dan sangat membantu saya dalam percakapan baik itu dengan sesorang yang lebih tua atau yang lebih muda sekalipun.

Bukan bermaksud untuk menyalahi penggunaan dalam singkatan-singkatan yang kurang baik, bahasa gaul, bahasa asing, bahasa serapan yang kurang baik atau bahasa daerah yang agak “pedas”, tetapi alangkah baiknya jika kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang telah disempurnakan menjadi lebih teratur dan lebih sopan dari sebelumnya. Bukankah menyenangkan dapat menyenangkan orang lain? Bukankah itu dapat menjadi identitas kita? Bukankah itu menjadi sebuah kebanggaan bagi kita? Bukankah membanggakan jika kita dapat menjadi contoh yang baik? Bukankah kita semua menginginkannya?

Sungguh membanggakan apabila kita dapat berbahasa Indonesia dengan baik, apa lagi jika semua orang dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana cara kita untuk mengajak teman-teman atau orang-orang di sekitar kita agar dapat juga berbahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya kita? Masalah itu yang sering dihadapi oleh kita yang berpikir seperti itu. Selain itu, juga terdapat banyak masalah-masalah yang dihadapi para generasi untuk mewujudkan cita-cita mereka dalam rangka membangun bangsa ini.

Lemahnya Minat Baca, Menulis dan Bertanya
Banyaknya masyarakat yang kurang atau bahkan tidak gemar membaca, sehingga mereka kurang tahu dan kurang mempraktekkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, dengan membaca artikel-artikel yang terdapat pada media masa secara tidak langsung telah memberika pelajaran tentang bahasa Indonesia.

Menulis, bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan menulis mereka akan merasa bahwa menulis itu hanya membuang-buang waktu, membosankan, dan sebagainya yang pada intinya mereka cenderung meremehkan kegiatan menulis dan atau sebuah karya tulis. Padahal, dengan menulis, cepat atau lambat seseorang akan berusaha memperbaiki perbahasaan dalan karyanya sehingga mereka akan memperdalam ilmu tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Selain itu, apabila dua masalah diatas tidak dapat teratasi, maka bertanya dapat menjadi solusinya. Namun, banyak orang juga tidak mampu mengatasi masalah ini, pasalnya mereka malu untuk bertanya atau seseorang yang ditanyakan enggan memberi jawaban atas pertanyaan mereka dengan berbagai macam dalih.

Kurang Percaya Diri dan Kurang Sabar dalam Menghadapai Godaan
Kesabaran menjadi hal yang sulit dipertahankan ketika hanya kita orang yang mengerti dan menginginkan orang lain yang tidak mau mengerti untuk mengerti. Mereka yang kurang percaya diri dan kurang sabar akan putus asa dan menghentikan perjuangan mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka. Mereka yang tidak mau mengerti selalu menyindir dan mencaci kami dengan kata-kata yang kurang baik, mereka selalu mengatakan “dari mana aja lo brow...”, “hare gene ‘saya’-‘kamu’...”, “sumpeh lo?” dan sebagainya, membuat kita patah semangat menjalani keyakinan kita.

Namun, apabila kita tetap bersikap baik, ramah dan pecaya diri, meskipun itu sulit, berat dan terasa mustahil, cepat atau lambat niscaya hati mereka akan luluh dengan sendirinya, tanpa adanya paksaan, pelanggara ataupun hukuman. Cara ini pernah kami coba, dan terbukti tidak mustahil cara ini dapat menanggulangi masalah dari mereka.

Terpengaruh Kemajuan Era Globalisasi
Tersedianya berbagai fasilitas yang cepat dan mudah dalam mencari informasi menjadikan hal ini menjadi cobaan terberat bagi para pejuang kita. Setiap hari kita selalu disuapi dengan pergaulan dan kebudayaan di luar negeri, sinetron-sinetron, gosip-gosip dan sebagainya yang menjadikan kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Selain itu, penggunaan teknologi dengan kurang baik mengakibatkan kita menjadi tidak ingin mencari (lebih pasif) karena hanya dengan menonton kita bisa mendapat informasi. Dengan menonton, maka telah tersedia kebutuhan untuk penglihatan dan pendengaran sehingga otak kita tinggal menyerap dan tidak perlu lagi untuk mencari dan mengolah bukti-bukti yang kita dapat sendiri, menjadikan kita tidak bergerak, hanya duduk dan tiduran, dan semua hal yang mengakibatkan kemalasanpun telah tersedia dan tidak kita sadari telah merasuki diri kita.

Maka dari itu, kurangilah “menunggui” acara-acara, tempat-tempat akses yang menjadikan kita malas itu. Gunakanlah seperlunya, karena setiap hal yang dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk pada akhirnya.

Dengan tidak putus asa dan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta ramah kepada setiap orang, kita akan menjadi contoh untuk teman-teman atau orang-orang disekitar kita, seperti yang telah dituliskan kedalam hadist riwayat Abu Dawud dari Abu Huroiroh bahwa “tingkah laku seseorang akan mengikuti tingkah laku kekasihnya atau temannya, maka lihatlah siapa yang akan dijadikan kekasih atau teman”. Maka mulailah perubahan dari diri Anda sendiri.


Artikel ini pernah saya muat di indonesiabersahabat.blogspot.com

Kerja di Luar Negeri? Kenapa Tidak?!

Mencari kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin sulit saja. Persaingan yang ketat dengan munculnya tamatan-tamatan baru setiap tahun membuat peluang untuk mendapatkan kerja semakin sempit. Lagipula rasio jumlah pertumbuhan tenaga kerja dengan lapangan kerja di Indonesia sangat tidak seimbang.

Situasi ini kerap kali membuat kita pesimis dengan masa depan kita. Tertapi tidak usah putus asa dulu. Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma, demikian pun dalam soal mencari pekerjaan. Ada banyak terobosan yang bisa kita lakukan ditengah ketatnya persaingan dunia kerja. Kerja di luar negeri adalah sala satu contohnya.

Menjadi tenaga kerja di luar egeri bukanlah sesuatu hal yang baru bagi kita di Indonesia. Setiap tahun ribuan tenaga kerja kita berangkat ke Malaysia, Singapura, Arab, dan Hongkong demi mendapatkan nasib yang leih baik. Bekerja di luar negeri memang sangat manjnjikan. Gaji yang lebih tinggi deengan fasilitas yang lebih baik menjadi daya tarik orang berbondong-bondong bekerja di luar negeri.

Namun dibalik janji-janji yang menggiurkan, ada juga duka laranya. Misalanya, kita sering mendengar berita tentang TKW yang disiksa majikannya atau TKI yang dikejar-kejar dan dideportasi karena tidak memiliki dokumen yang legal. Bahkan banyak juga tenaga kerja yang tertipu oleh ulah perusahaan tenaga kerja. Kejadian-kejadian tragis ini sebetulnya tidak perlu terjadi jika kita mengurus ijin kerja melalui jalur yang benar. Seperti apakah prosedur yang benar untuk bekerja di luar negeri? Yuk, intip info berikut.

1. Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mendaftar ke Dinas Tenaga Kerja (Dinakertrans) untuk mendapatkan kartu kuning (AK I) sebagai tanda kita sebagai tenaga kerja. Untuk mendapatkan kartu ini, Anda perlu mendapat surat pengantar dari kelurahan.

2. Setelah mendapat kartu kuning, Anda mendaftar ke Perusahaan Jasa Tenag Kerja (PJTKI) dengan membawa KTP, ijazah terakhir, akte kelahiran, Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB), surat persetujuan orang tua/suami/istri, kartu kunig dari Depnakertrans dan beberapa dokumen lainnya yang harus diisi dari PJTKI yang akan memberangkatkan.

3. Jika seluruh persyaratan awal ini sudah dipenuhi, maka calon tenaga tenaga kerja akan melakukan medical check up untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Bila dala uji kesehatan lulus, makaproes selanjutnya akan meliputi pendidikan dan latihan, pembuatan paspor, menunggu visa, serta pembekalan akhir pra pemberangkatan.

4. Pemerngkatan dilakukan setelah seluruh persyaratan dan dokumen-dokumen yag diperlukantelah selesai dan visa telah turun. Lamanya proses rekruitmen hingga keberangkatan bisa memakan waktu antara 1 sampai 6 bulan tergantung cepat tidaknnya pengurusan persyaratan dan turunnya visa.

Nah; mudah kan? Anda tertarik? Hanya dengan memenuhi persyaratan-persyaratan diatas, Ada bisa mewujudkan impian untuk bekerja di luar negeri. (RON)

WARTA KOTA
Minggu, 27 April 2008