Bayangkan, kebiasaan Anda ketika berbicara dengan teman yaitu dengan menggunakan bahasa yang nota bene agak kasar, kemudian suatu hari Anda berbicara dengan seseorang yang lebih tua atau sekedar teman yang bahkan usianya hanya tiga tahun lebih tua dari kita. Setelah agak lama berbicara dengannya tiba-tiba kata yang agak kasar itu keluar dari mulut kita. Apa yang terlintas di benak Anda? Mungkin Anda berpikir bahwa diri Anda tidak tahu sopan santun, tidak bisa membawa diri, dan mungkin Anda akan malu serta lekas mengkoreksi salah kata Anda tadi, meskipun lawan bicara Anda menganggap hal itu adalah biasa.
Kami pernah beberapa kali merasakannya, karena kami meliki teman yang usianya tiga tahun lebih tua atau bahkan lebih dari usia kami. Dari situ saya rasakan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sangat sopan dan sangat membantu saya dalam percakapan baik itu dengan sesorang yang lebih tua atau yang lebih muda sekalipun.
Bukan bermaksud untuk menyalahi penggunaan dalam singkatan-singkatan yang kurang baik, bahasa gaul, bahasa asing, bahasa serapan yang kurang baik atau bahasa daerah yang agak “pedas”, tetapi alangkah baiknya jika kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang telah disempurnakan menjadi lebih teratur dan lebih sopan dari sebelumnya. Bukankah menyenangkan dapat menyenangkan orang lain? Bukankah itu dapat menjadi identitas kita? Bukankah itu menjadi sebuah kebanggaan bagi kita? Bukankah membanggakan jika kita dapat menjadi contoh yang baik? Bukankah kita semua menginginkannya?
Sungguh membanggakan apabila kita dapat berbahasa Indonesia dengan baik, apa lagi jika semua orang dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana cara kita untuk mengajak teman-teman atau orang-orang di sekitar kita agar dapat juga berbahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya kita? Masalah itu yang sering dihadapi oleh kita yang berpikir seperti itu. Selain itu, juga terdapat banyak masalah-masalah yang dihadapi para generasi untuk mewujudkan cita-cita mereka dalam rangka membangun bangsa ini.
Lemahnya Minat Baca, Menulis dan Bertanya
Banyaknya masyarakat yang kurang atau bahkan tidak gemar membaca, sehingga mereka kurang tahu dan kurang mempraktekkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, dengan membaca artikel-artikel yang terdapat pada media masa secara tidak langsung telah memberika pelajaran tentang bahasa Indonesia.
Menulis, bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan menulis mereka akan merasa bahwa menulis itu hanya membuang-buang waktu, membosankan, dan sebagainya yang pada intinya mereka cenderung meremehkan kegiatan menulis dan atau sebuah karya tulis. Padahal, dengan menulis, cepat atau lambat seseorang akan berusaha memperbaiki perbahasaan dalan karyanya sehingga mereka akan memperdalam ilmu tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain itu, apabila dua masalah diatas tidak dapat teratasi, maka bertanya dapat menjadi solusinya. Namun, banyak orang juga tidak mampu mengatasi masalah ini, pasalnya mereka malu untuk bertanya atau seseorang yang ditanyakan enggan memberi jawaban atas pertanyaan mereka dengan berbagai macam dalih.
Kurang Percaya Diri dan Kurang Sabar dalam Menghadapai Godaan
Kesabaran menjadi hal yang sulit dipertahankan ketika hanya kita orang yang mengerti dan menginginkan orang lain yang tidak mau mengerti untuk mengerti. Mereka yang kurang percaya diri dan kurang sabar akan putus asa dan menghentikan perjuangan mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka. Mereka yang tidak mau mengerti selalu menyindir dan mencaci kami dengan kata-kata yang kurang baik, mereka selalu mengatakan “dari mana aja lo brow...”, “hare gene ‘saya’-‘kamu’...”, “sumpeh lo?” dan sebagainya, membuat kita patah semangat menjalani keyakinan kita.
Namun, apabila kita tetap bersikap baik, ramah dan pecaya diri, meskipun itu sulit, berat dan terasa mustahil, cepat atau lambat niscaya hati mereka akan luluh dengan sendirinya, tanpa adanya paksaan, pelanggara ataupun hukuman. Cara ini pernah kami coba, dan terbukti tidak mustahil cara ini dapat menanggulangi masalah dari mereka.
Terpengaruh Kemajuan Era Globalisasi
Tersedianya berbagai fasilitas yang cepat dan mudah dalam mencari informasi menjadikan hal ini menjadi cobaan terberat bagi para pejuang kita. Setiap hari kita selalu disuapi dengan pergaulan dan kebudayaan di luar negeri, sinetron-sinetron, gosip-gosip dan sebagainya yang menjadikan kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Selain itu, penggunaan teknologi dengan kurang baik mengakibatkan kita menjadi tidak ingin mencari (lebih pasif) karena hanya dengan menonton kita bisa mendapat informasi. Dengan menonton, maka telah tersedia kebutuhan untuk penglihatan dan pendengaran sehingga otak kita tinggal menyerap dan tidak perlu lagi untuk mencari dan mengolah bukti-bukti yang kita dapat sendiri, menjadikan kita tidak bergerak, hanya duduk dan tiduran, dan semua hal yang mengakibatkan kemalasanpun telah tersedia dan tidak kita sadari telah merasuki diri kita.
Maka dari itu, kurangilah “menunggui” acara-acara, tempat-tempat akses yang menjadikan kita malas itu. Gunakanlah seperlunya, karena setiap hal yang dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk pada akhirnya.
Dengan tidak putus asa dan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta ramah kepada setiap orang, kita akan menjadi contoh untuk teman-teman atau orang-orang disekitar kita, seperti yang telah dituliskan kedalam hadist riwayat Abu Dawud dari Abu Huroiroh bahwa “tingkah laku seseorang akan mengikuti tingkah laku kekasihnya atau temannya, maka lihatlah siapa yang akan dijadikan kekasih atau teman”. Maka mulailah perubahan dari diri Anda sendiri.
Kami pernah beberapa kali merasakannya, karena kami meliki teman yang usianya tiga tahun lebih tua atau bahkan lebih dari usia kami. Dari situ saya rasakan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sangat sopan dan sangat membantu saya dalam percakapan baik itu dengan sesorang yang lebih tua atau yang lebih muda sekalipun.
Bukan bermaksud untuk menyalahi penggunaan dalam singkatan-singkatan yang kurang baik, bahasa gaul, bahasa asing, bahasa serapan yang kurang baik atau bahasa daerah yang agak “pedas”, tetapi alangkah baiknya jika kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang telah disempurnakan menjadi lebih teratur dan lebih sopan dari sebelumnya. Bukankah menyenangkan dapat menyenangkan orang lain? Bukankah itu dapat menjadi identitas kita? Bukankah itu menjadi sebuah kebanggaan bagi kita? Bukankah membanggakan jika kita dapat menjadi contoh yang baik? Bukankah kita semua menginginkannya?
Sungguh membanggakan apabila kita dapat berbahasa Indonesia dengan baik, apa lagi jika semua orang dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana cara kita untuk mengajak teman-teman atau orang-orang di sekitar kita agar dapat juga berbahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya kita? Masalah itu yang sering dihadapi oleh kita yang berpikir seperti itu. Selain itu, juga terdapat banyak masalah-masalah yang dihadapi para generasi untuk mewujudkan cita-cita mereka dalam rangka membangun bangsa ini.
Lemahnya Minat Baca, Menulis dan Bertanya
Banyaknya masyarakat yang kurang atau bahkan tidak gemar membaca, sehingga mereka kurang tahu dan kurang mempraktekkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, dengan membaca artikel-artikel yang terdapat pada media masa secara tidak langsung telah memberika pelajaran tentang bahasa Indonesia.
Menulis, bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dengan menulis mereka akan merasa bahwa menulis itu hanya membuang-buang waktu, membosankan, dan sebagainya yang pada intinya mereka cenderung meremehkan kegiatan menulis dan atau sebuah karya tulis. Padahal, dengan menulis, cepat atau lambat seseorang akan berusaha memperbaiki perbahasaan dalan karyanya sehingga mereka akan memperdalam ilmu tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain itu, apabila dua masalah diatas tidak dapat teratasi, maka bertanya dapat menjadi solusinya. Namun, banyak orang juga tidak mampu mengatasi masalah ini, pasalnya mereka malu untuk bertanya atau seseorang yang ditanyakan enggan memberi jawaban atas pertanyaan mereka dengan berbagai macam dalih.
Kurang Percaya Diri dan Kurang Sabar dalam Menghadapai Godaan
Kesabaran menjadi hal yang sulit dipertahankan ketika hanya kita orang yang mengerti dan menginginkan orang lain yang tidak mau mengerti untuk mengerti. Mereka yang kurang percaya diri dan kurang sabar akan putus asa dan menghentikan perjuangan mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka. Mereka yang tidak mau mengerti selalu menyindir dan mencaci kami dengan kata-kata yang kurang baik, mereka selalu mengatakan “dari mana aja lo brow...”, “hare gene ‘saya’-‘kamu’...”, “sumpeh lo?” dan sebagainya, membuat kita patah semangat menjalani keyakinan kita.
Namun, apabila kita tetap bersikap baik, ramah dan pecaya diri, meskipun itu sulit, berat dan terasa mustahil, cepat atau lambat niscaya hati mereka akan luluh dengan sendirinya, tanpa adanya paksaan, pelanggara ataupun hukuman. Cara ini pernah kami coba, dan terbukti tidak mustahil cara ini dapat menanggulangi masalah dari mereka.
Terpengaruh Kemajuan Era Globalisasi
Tersedianya berbagai fasilitas yang cepat dan mudah dalam mencari informasi menjadikan hal ini menjadi cobaan terberat bagi para pejuang kita. Setiap hari kita selalu disuapi dengan pergaulan dan kebudayaan di luar negeri, sinetron-sinetron, gosip-gosip dan sebagainya yang menjadikan kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Selain itu, penggunaan teknologi dengan kurang baik mengakibatkan kita menjadi tidak ingin mencari (lebih pasif) karena hanya dengan menonton kita bisa mendapat informasi. Dengan menonton, maka telah tersedia kebutuhan untuk penglihatan dan pendengaran sehingga otak kita tinggal menyerap dan tidak perlu lagi untuk mencari dan mengolah bukti-bukti yang kita dapat sendiri, menjadikan kita tidak bergerak, hanya duduk dan tiduran, dan semua hal yang mengakibatkan kemalasanpun telah tersedia dan tidak kita sadari telah merasuki diri kita.
Maka dari itu, kurangilah “menunggui” acara-acara, tempat-tempat akses yang menjadikan kita malas itu. Gunakanlah seperlunya, karena setiap hal yang dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk pada akhirnya.
Dengan tidak putus asa dan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta ramah kepada setiap orang, kita akan menjadi contoh untuk teman-teman atau orang-orang disekitar kita, seperti yang telah dituliskan kedalam hadist riwayat Abu Dawud dari Abu Huroiroh bahwa “tingkah laku seseorang akan mengikuti tingkah laku kekasihnya atau temannya, maka lihatlah siapa yang akan dijadikan kekasih atau teman”. Maka mulailah perubahan dari diri Anda sendiri.
Artikel ini pernah saya muat di indonesiabersahabat.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment