Ups and downs of a boy with a bicycle, and with frills knowledge and whatever it.

Saturday, May 30, 2009

Metode Mengajar

Hai sahabat sepeda hijau, kali ini saya memposting sebuah artikel tentang… ehem… pendidikan. Sudah lama sebenarnya saya ingin mem-post artikel ini, tapi berhubung saya sempat terlupa dan banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan, jadi saya baru mem-postnya sekarang.

Apakah teman pernah bertemu dengan guru yang baik?, atau guru yang begitu “baik” sehingga tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang pernah beliau berikan kepada teman-teman sekalian tidak pernah diperiksa atau dikoreksinya?, atau mungkin guru yang teman anggap paling killer sejagad pendidikan?, atau guru ter-killer yang membuat teman sepeda hijau mengerti pelajaran yang dibawanya dan membuat teman mendapat peringkat kelas?, dan lain sebagainya. Teman-teman mungkin mengeluh: “Mengapa saya harus bertemu dengan guru seperti itu?”, sehingga timbul pertanyaan, mengapa mereka berlaku demikian?

Ya, mungkin sama pikiran saya dengan apa yang sahabat sepeda hijau pikirkan. Semua itu disebabkan atas berbagai faktor seperti:
Setiap orang memiliki karakter masing-masing yang diakibatkan dari lingkungan dan pengalamannya.
1.   Kecocokan antara karakter yang berbeda dari guru dan murid. Ada beberapa anak yang dapat mengerti pelajaran yang diberikang guru yang nota benenya galak, dan ada juga yang tidak mengerti terhadap pelajaran yang dibawakan guru yang tidak galak, misalnya.
2
.   Materi pelajaran yang kurang cocok bagi murid maupun guru.
3
.   Suasana hati yang sedang dirasakan oleh murid maupun guru.
4
.   Keadaan lingkungan. Ruangan yang kotor, sedang hujan, sedang terjadi peperangan diluar kelas atau sebaliknya.
5
.   Dan lain sebagainya yang mungkin belum terpikir oleh saya.
Namun, belum terlalu lama seorang guru membicarakan masalah ini. Masalah tentang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Beliau mengatakan, baik-buruknya seorang guru dalam mengajar itu tergantung dari cara guru itu “mengemas”.

Layaknya sebuah kado berisi kalung emas bertabur permata yang kemungkinan besar akan dibuka terakhir atau bahkan dibuang sebelum dibuka karena kertas pembungkusnya hanyalah kertas koran yang lusuh. Bak lagu reage merdu yang tidak ingin didengar ketika pertama kali melihat penyanyinya yang berambut gimbal tak beraturan seperti tak pernah mengurus diri. Seperti sayur asam yang akan dibuang di belakang rumah karena airnya yang terlihat keruh sebab segala macam bagian tanaman mulai dari akar hingga daun yang masih hijau maupun daun kering dimasukkan kedalamnya. KBM juga tergantung pada pengemasan. Pengemasan disini adalah cara seorang guru menyampaikan atau mentransfer ilmunya kepada anak didiknya. Demikian beliau menjelaskannya sambil menuliskan angka-angka dan elemen-elemen yang kemudian saya kostruksi hingga menjadi seperti ini.

Jadi, teori, contoh, latihan, pekerjaan rumah dan evaluasi yang diberikan guru baik dari buku pelajaran maupun dari guru itu sendiri, tidak akan sempurna jika pengemasannya tidak menarik (bagi siswa), setidaknya serupa itulah perkataan beliau. Selain itu, ada lagi seorang guru yang mengatakan bahwa guru yang dalam pengemasannya kurang atau tidak menarik biasanya adalah orang murni (seharusnya bekerja di bidangnya, di laboratorium misalnya) sepintar apapun beliau karena tidak dibekali ilmu untuk mngehadapi anak didik yang bermacam-macam sifatnya. Sebaliknya, bagi guru yang dalam pengemasannya menarik biasanya adalah orang pendidikan, mereka memang dipersiapkan untuk menghadapi dan memberi ilmu kepada anak didik yang bermacam-macam karakternya. “Nah, berarti mereka (yang pengemasannya kurang menarik) itu adalah orang-orang yang ‘tidak berpendidikan’ sedangkan saya ‘berpendidikan’, hahaha…” guraunya.

Begitulah… mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan di hati teman-teman, khususnya bagi orang-orang murni (sesungguhnya kami membutuhkan kalian). Untuk kritik dan saran silahkan klik link comment di bawah posting ini. Terima kasih.


0 comments:

Post a Comment