Ups and downs of a boy with a bicycle, and with frills knowledge and whatever it.

Saturday, March 21, 2009

Perbaikan Jalan

Sudah sekitar dua bulan, atau mungkin lebih, jalan raya di desa kami diperbaiki dengan cara di-cor. Kata bapak saya, dicor akan lebih kuat, karena adukan semen itu akan lebih meyerap air ketika hujan , dan ketika panas air akan mudah menguap dan semen akan lebih matang (keras). Sedangkan aspal lebih rapuh dan cepat rusak oleh perubahan cuaca. Saya tidak mengetahui dari mana pengecoran ini, tetapi saya sempat dengar bahwa ini merupakan program PNPM mandiri, katanya... Selain itu, perbaikan jalan ini belum selesai hingga tulisan ini dibuat.

Dalam proses pengerjaannya hingga sekarang, perbaikan ini menimbulkan kemacetan. Tentunya ini mempersulit para pengguna jalan, ditambah lagi cuaca yang kurang bersahabat, alias hujan dan panas (lebih banyak hujannya). Mereka, pengguna jalan, rela melalui gang-gang sempit demi waktu perjalanan yang lebih singkat. Gang yang pada awalnya hanya sedikit kendaraan bermotor (kendaraan warga setempat), kini sesak dengan motor bahkan mobil yang meningkatkan potensi kecelakaan sesama pengendara–saat itu teman saya akan pulang ke rumahnya dari mengambil tugas di rumah saya, ia melewati jalan alternatif itu dan terpeleset karena desakan kendaraan lain hingga ia kembali kerumah saya untuk meminta pertolongan dengan celana berlumuran lumpur– atau terhadap warga setempat, karena tidak sedikit anak-anak warga sekitar yang bermain di jalan.

Sekarang, sumber air sudekat (lho... salah), setelah perbaikan jalan mencapai 90%, saya kira ini akan lebih banyak membantu, ternyata tidak. Dengan jalan yang rata dan bagus, pengendara akan lebih memacu kendaraannya lebih cepat. Mereka, programer perbaikan jalan, tidak membangun trotoar sehingga para pejalankaki berjalan diatas jalan raya, karena trotoar sudah rusak (mungkis bisa dibilang hancur) dan sistem saluran air yang buruk sehingga trotoar pun becek bila hujan. Pembangunan jalan yang lebih tinggi dari trotoar (yang rusak) meningkatkan potensi pengendara kebablasan ke luar jalan.

Ya, saya merasakan semua itu. Ketika saya mengendarai sepeda saya takut jika nanti menabrak pejalan kaki atau tertabrak pengendara lain ketika saya menghindari pejalan kaki yang bercanda di jalan. Saat saya mencoba menjadi pejalan kaki, saya cenderung berjalan di jalan raya karena alasan yang telah dikemukakan tadi (dan alasan lain secara personal), ini membuat saya takut jika nanti tertabrak kedaraan itu. Begitulah menurut saya, keuntungan yang diperoleh tidak sepadan dengan esiko yang tidak dapat di tolak.

Pinta saya, tolong bagun jalan yang memiliki trotoar yang cukup lebar bagi para pejalan kaki, jalan khusus untuk para pengendara sepeda, dan tempat-tempat khusus bagi para pedagang kaki lima yang kerap memenuhi trotoar, sehingga tidak ada jalan bagi pejalan kaki.

Foto : Uzan
Gadget : Noer


0 comments:

Post a Comment