
Desa kami, desa Cikarang, adalah tuan rumah acara ini. Kami bermusyawarah untuk membentuk susunan kepanitiaan. Saya mendapat bagian yang menangani masalah pemarkiran kendaraan teman-teman. Tugas saya yaitu mengarahkan teman-teman untuk memarkir motornya pada tempat yang telah ditentukan serta menyusun atau menatanya. Saat saya menata motor teman-teman agar tempat parkir cukup untuk memuat semua motor itu, jari kaki saya pun terluka. Itu terjadi karena saya tidak memperhatikan letak kaki saya saat saya menarik atau menggeser motor, sehingga jari kaki saya tergilas setandar motor itu. Dan seketika itulah dua jemari kaki saya berlumuran darah.
Perlu saya beri tahu, sayalah satu-satunya orang dengan sepeda saat itu. Baiklah, itu memang kecerobohan saya, tetapi saya berpikir (di luar hukum takdir), seandainya setandar itu adalah setandar sepeda, maka jemari kaki saya tidak akan terluka separah itu, atau bahkan tidak terluka sama sekali. Bukan cengeng, tetapi memang terasa sakit walaupun jemari kaki saya hanya tertekuk sedikit. Maka dari itu, kendarailah sepeda karena–secara ilmu dunia–lebih sedikit resiko untuk celaka. Kendarailah... kendarailah sepeda... kendarailah sepeda itu...!
0 comments:
Post a Comment