Ups and downs of a boy with a bicycle, and with frills knowledge and whatever it.

Saturday, April 4, 2009

Sahabat Biru

Ku beranjak dari tidurku. Hari ini adalah hari yang telah direncanakan, yaitu hari pelaksanaan manasik haji atau bahasa kerennya adalah simulasi praktik ibadah haji. Sabtu, 28 Maret 2009, ku kira akan menjadi hari yang membosankan karena mulai jam 08.00 WIB-13.00 WIB saya harus berdesak-desakan dibawah terik matahari. Namun, ketika dijalani, acara ini lumayan menyenangkan ditambah lagi acarany hanya sampai pukul 09.30 WIB. Mungkin dalam praktik aslinya, kegiatan ini sangat jauh lebih menyenangkan.

Ketika acara telah selesai, saya duduk-duduk di panggung kecil dekat lapangan. Ketika saya mulai merasa bosan, saya pun pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan bacaan, atau setidaknya mengganti suasana. Tak lama handphone saya bergetar, saya menduga siapa yang menelepon. Benar, dialah Udin, Ade Sholehuddin, seorang sahabat saya ketika duduk di bangku SMP. Hingga saat ini, Udin sepertinya banyak mengalami kemajuan, kini ia seorang ketua OSIS di SMAnya, ia juga lebih dewasa dalam menghadapi cobaan dalam hidupnya, dan entah apalagi kemajuan yang ia alami semenjak lulus dari bangku SMP bersamaku. Udin memang seorang yang baik, ramah dan sopan, ia juga memiliki kharisma yang khas.

Setelah bertemu di pintu gerbang sokolah dan berkunjung sebentar ke perpustakaan, kami memutuskan untuk ke rumah saya. Tidak terlalu lama kami berada di rumah saya, kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan. Hanya sekedar berjalan-jalan sambil ngobrol dan mungkin menemukan sesuatu yang bisa kami beli, yah, walaupun hanya sekedar jajanan kecil. Setelah lelah berjalan-jalan dibawah terik matahari, kami segera menuju ke rumah Udin untuk beristirahat. Kembali, kami mengingat dan bercerita kenangan-kenangan ketika masih SMP sambil tertawa. Pukul 13.05WIB saya memutuskan untuk pulang, Udin mengantarkan saya menuju rumah, setidaknya sampai jalan untuk keluar dari gang menuju rumahnya. Tak disangka tak diduga, kami bertemu dengan teman SMP kami yaitu Siti Nur Jihad yang dalam perjalanan pulang dari mengatar ibunya. Kami pun saling bertanya jawab sebentar dan berpisah. Tak juga lama setelah itu, saya berpisah dengan Udin.

Ternyata hari ini sangat berbeda dan menyenangkan. Dapat bertemu dengan sahabat lama, berjalan-jalan, berbagi cerita, dan saling meminta dan memberi bantuan. Setibanya dirumah, saya berpikir, begitu menyenangkannya memiliki sahabat yang begitu baik terhadap kita. Tak mau terpikir olehku bagaimana nanti jika suatu saat, entah karena alasan apa, kami berpisah dan saya tinggal sendiri, tidak dapat memiliki teman yang setidaknya setara dengannya. Huh... hingga terasa oleh saya sebuah kalimat “kau tak ‘kan pernah tahu apa yang kau miliki, hingga nanti kau kehilangan”.


0 comments:

Post a Comment